Judul Artikel : Tembakau Campalok
Di bulan Juli-Agustus seperti tahun ini, di Madura, khususnya di daerah Kabupaten Sumenep, tampak bidang-bidang tanah yang dipenuhi hamparan hijau pepohonan tembakau. Di penghujung musim kemarau seperti sekarang, di sana, lebih khusus lagi di sekitar Kecamatan Guluk-Guluk, tanaman daun tembakau menjadi andalan petani untuk meraup keuntungan pertanian. Muncul istilah di kalangan masyarakat bawah; “dengan baiknya hasil tembakau yang ditanam dan panen hanya dalam 3 bulan sudah cukup untuk biaya hidup satu keluarga sepanjang satu tahun.” Istilah ini menunjukkan bahwa tembakau merupakan andalan perekonomian masyarakat, dan bahkan satu-satunya.
Kabupaten Pamekasan adalah salah satu daerah penghasil tembakau terbesar di Madura. Luas lahan tembakau di wilayah tersebut mencapai 31.251hektare yang tersebar di 13 kecamatan. Sebagian besar tembakau madura diserap oleh pabrik rokok sebagai bahan baku utama rokok maupun sebagai racikan atau campuran rokok kretek untuk meningkatkan mutu.
Selain itu, madura juga sangat terkenal dengan tembakau campalok. Keberadaan tembakau ini cukup langka. Sebab lahan tanam tembakau Campalok hanya terdiri atas dua petak berbentuk huruf U, dan cuma menghasilkan 7 kilogram tembakau setiap musimnya. Lahan tersebut berada di di dusun Jembengan, Desa Bakeong, Kecamatan Guluk-guluk, Sumenep, Madura
CERITA tembakau Campalok ibarat hikayat. Ia telah dikenal banyak warga, khususnya di Madura. Namun, tak banyak yang tahu apa dan bagaimana bentuk dan aromanya. Maklum, tembakau Campalok termasuk salah satu tembakau khas yang tiada duanya di Madura, bahkan mungkin di dunia.
Petani di Madura memang tak asing dengan tembakau Campalok. Meski tak semuanya mengerti keberadaan tembakau Campalok, namun mungkin pernah mendengar tentang tembakau kualitas sangat super itu. Itu karena tembakau Campalok telah melegenda.
Selain aroma yang menyengat, keunggulan lain tembakau Campalok pada bobotnya yang relati lebih berat. Itu berakibat pada harga tembakau Campalok yang bisa 20 kali lipat dari tembakau lainnya. Jika tembakau gunung biasa harganya di kisaran tertinggi Rp 35 ribu per kg, tembakau Campalok bisa mencapai Rp 1 juta per kg.
Tembakau Campalok diambil dari istilah lokasi tempat penanamannya. Campalok merupakan salah satu lokasi pemakaman di Dusun Jambangan, Desa Bakeong, Kecamatan Guluk-Guluk, Sumenep. Namun, sebagian warga sekitar ada yang menyebut Campalok sebagai daerah perbatasan. Sebab, tak jauh dari Campalok ada perbatasan Sumenep dan Pamekasan. Batasnya sangat tipis dibedakan oleh garis tanah.
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, konon, di sekitar lahan Campalok menjadi peristirahatan Potre Koneng, seorang putri yang melegenda dari Keraton Sumenep. Campalok sendiri diambil dari nama pepohonan di sekitar tempat itu.
Suatu ketika, tanpa sengaja, bunga hias di rambut Potre Koneng jatuh di sekitar Campalok. Warga setempat meyakini, bunga itulah yang membuat lahan Campalok memiliki keistimewaan. “Dari leluhur ceritanya begitu. Bunga yang dikenakan Potre Koneng jatuh di sini (Campalok, red). Kami yakin peristiwa itulah yang membawa berkah. Salah satunya yang terwujud pada tembakau di tempat ini,” ujar Sajai, 35, salah satu keluarga pewaris lahan Campalok.
Ada ada satu hal lagi yang mungkin membuat tembakau ini berbeda dengan yang lain. Petani pemiliknya mandiri dan merdeka. Tembakau Jambangan, termasuk Campalok, tidak seapes tembakau lain sesaudaranya, yang bagaimanapun bagus kualitasnya, harganya tetap ditentukan oleh pembeli, bukan oleh petani.
Sumber : Berbagai Sumber