Wisata budaya di Madura, Jawa Timur lebih potensial untuk dikembangkan di banding wisata alam yang ada di wilayah itu, kata budayawan Madura asal Pamekasan, Kadarisman Sastrodiwiryo, Rabu.
“Objek wisata alam yang ada di Madura ini tidak seberapa banyak. Akan tetapi dari sisi budaya, Madura sangat kaya dengan budaya,” katanya.
Masyarakat Madura mulai dari kabupaten yang terletak di ujung barat, Bangkalan, hingga di ujung timur pulau itu, yakni Kabupaten Sumenep, banyak memiliki ragam budaya dan hingga kini masih tetap lestari di kalangan masyarakat.
Bahkan budaya yang berkembang di kalangan masyarakat Madura, selalu senafas dengan perekonomian masyarakat Madura.
Ia mencontohkan seperti budaya karapan sapi, sapi sonok asal Pamekasan, serta sapi hias yang akhir-akhir ini juga berkembang di wilayah Kabupaten Sumenep.
“Jenis budaya ini kan berawal dari kegemaran masyarakat Madura beternak sapi,” katanya.
Selain itu juga jenis musik “Thug-thug Taal”, yakni jenis musik yang terbuat dari kerangka kering buah pohon lontar, yang beberapa waktu lalu sempat dipentaskan secara massal di Pamekasan.
Menurut Kadarisman, pohon lontar (siwalan), sebenarnya juga merupakan bagian dari “nafas ekonomi” masyarakat Madura, khususnya di wilayah perdesaan.
“Daun siwalan itu bisa dibuat tikar, alat bungkus tembakau, buahnya di makan dan airnya untuk dominum. Jadi ada nilai ekonomisnya dan pohon lontar ini sangat menyatu dengan masyarakat Madura,” tambahnya.
Oleh karena itu ia menilai pengembangan wisata budaya sebenarnya lebih potensial di Pulau Garam tersebut dibanding wisata alam.
“Kalau kita berupaya mengembangkan wisata alam, jelas kalah jauh dibanding daerah lain yang memang memiliki potensi alam lebih menarik dibanding Madura,” katanya.
Pemkab di Madura, seperti di Bangkalan, akhir-akhir ini memang terlihat mulai serius mengembangkan wisata budaya yang ada di pulau berpenduduk sekitar 4 juta lebih ini.
Salah satunya seperti yang dilakukan pemkab Bangkalan, yang setiap bulan menggelar lomba karapan sapi dengan tujuan untuk menarik kunjungan wisatawan.
Sedangkan yang dikembangkan pemkab Pamekasan adalah sapi sonok, yakni kontes “sapi cantik”, termasuk seni musik thug-thug taal dan musik tradisional “daul” yang memang menjadi ikon di kota itu.
sumber artikel: http://www.antarajatim.com