artikel tentang: Tahapan Acara Lamaran di Pulau Madura
judul artikel: Lalamaran ( Prosesi Lamaran Adat Sumenep )
Sumenep mewakili Madura sebelah timur telah mengenal tradisi sastra lisan dan tulis sejak abad ke-15. Salah satu tradisi yang dibukukan ini ialah tradisi “Lalamaran”.
“Lalamaran” berasal dari kata “lamar” yang berarti meminang (melamar anak gadis). Lalamaran yang dmaksudkan di sini adalah serangkaian kegiatan dari pihak keluarga pria yang melamar seorang gadis, anak pihak keluarga yang lain.
Lalamaran masih banyak dijumpai di berbagai desa di wilayah Sumenep, tetapi yang dideskripsikan ini adalah lalamaran di desa Lebak, yang terletak ± 40 km ke arah Utara kota Sumenep (berbatasan dengan Kabupaten Pamekasan).
Sebelum memasuki acara pokok yaitu melamar gadis, biasanya melalui tahapan-tahapan yang tidak dapat diabaikan sebagai berikut :
- Ngin-angin, kegiatan awal melakukan informasi tentang jatidiri si gadis. kegiatan pengamatan ini biasanya dilakukan oleh kerabat sang gadis.
- Arabas pagar, setelah kegiatan awal terlampaui, yakni informasi bahwa si gadis belum bertunangan, pihak keluarga pelamar menggunakan jasa orang lain untuk menyampaikan pesan rencana lamaran.
- Lalamaran, yakni kegiatan pihak lelaki pelamar meminang si gadis ke orang tuanya. Acara lalamaran ini biasanya dapat dilangsungkan dengan lancar, sebab sudah dilakukan pendekatan terlebih dahulu di antara kedua belah pihak.
Persiapan Lalamaran :
- Pihak keluarga pelamar mempersiapkan peralatan yang akan di serahkan ke pihak keluarga gadis yang dilamar. Persiapan yang di maksudkan ialah : tekstis bakat busana penganten wanita, perhiasan, peralatan rias dan lain-lain, yang disebut “panyengset” (Jw. Pengingat/ tanda ikatan).
- Pihak keluarga gadis mempersiapkan hidangan yang disuguhkan pada waktu upacara lamaran berlangsung, biasanya di hadiri kerabat dekat (sanak-famili)
Tata Cara Upacara :
- Pihak keluarga pelamar (lelaki) mengundang kerabatnya dan sesepuh yang dipersiapkan untuk melamar di rumah orang tua gadis yang dilamar. Disamping perbekalan “Panyengset” bahan lain yang perlu dipersiapkan ialah : Sirih pinang, yakni daun sirih yang mempunyai makna pengikat, buah pinang bermakna penet (setia) dan gambir-kapur yang bermakna sang gadis telah “rapet” (rapat). tertutup bagi pria lain yang berminat melamar. Pisang susu mempunyai makna simbolis bahwa jejaka yang melamar sudah terburu-buru (Jw. kesusu) untuk melaksanakan perkawinan.
- Hari pelaksanaan lamaran ditetapkan oleh kedua belah pihak. Pihak pelamar dan keluarganya berpakaian adat menuju ke rumah gadis dengan iringan musik-bunyi-bunyian tradisional. Busana adat yang dimaksudkan ialah senek untuk para sesepuh, anak gadis dengan busana kebaya pendek dengan sarung batik pesisiran.
- Rombongan tamu pelamar diterima di depan pintu rumah orang tua gadis yang dilamar. Di situ diadakan dialog di antara yakil kedua belah pihak, yang disebut “Panonggul” atau “Pengada”. Dalam dialog tersebut diutarakan maksud kedatangan para tamu (dari pihak pelamar). Acara dilanjutkan dengan tawar-menawar dengan menggunakan sejumlah uang logam yang disimpan di dalam bokor kuningan. Pihak keluarga gadis menyebut nilai uang logam yang di kehendaki. Cara penyerahannya, uang logam di tuangkan ke bokor kuningan yang telah dipersiapkan. Panuangan uang logam biasanya menimbulkan bunyi yang nyaring. Nilai (besarnya bilangan) uang logam amat menentukan status social pihak keluaga gadis.
- Seusai acara tersebut, rombongan pelamar dipersilahkan memasuki ruang tamu rumah orang tua gadis. Dialog utama di antara kedua belah pihak ialah menetapkan hari, tanggal, bulan dan tahun perkawinan pasangan calon penganten. Pada waktu itu pula diadakan acara perkenalan para sesepuh, orang tua dan kerabat dari dua belah pihak. Dengan demikian pihak gadis dan jejaka saling mengenal kerabat calon mertuanya masing-masing.
- Akhir upacara adalah silaturrahmi antara kedua belah pihak keluarga. Seusai acara tersebut, pihak keluarga pelamar memohon diri (pamit), diiringi musik tradisional saronen.
sumber artikel: http://quenbiever.blogspot.com