artikel tentang: Tingkat Pendidikan Masyarakat Madura
judul artikel: Pendidikan madura: Sejarah, kenyataan dan harapan
Sistem pendidikan di tiap daerah di indonesia belum seluruhnya merata. Apalagi di daerah pedalaman masih banyak anak – anak yang kesulitan mengenyam pendidikan.
Dewasa ini sistem pendidikan Nasional menghadapi berbagai tantangan yang cukup besar dan mendasar, terutama dalam konteks pembangunan masyarakat, negara dan bangsa. Pada era globalisasi ini, tantangan itu dirasakan sehubungan dengan keadaan dan permasalahan di berbagai bidang kehidupan yang secara langsung memiliki kaitan dengan sistem pendidikan nasional. Tantangan ini bersumber dari dua faktor yang saling berpengaruh, baik dari faktor luaran (ekstern) maupun faktor dalam (intern).
Tantangan besar dalam pendidikan nasional paling tidak meliputi tiga hal, yaitu: Pertama, sebagai akibat krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut untuk dapat mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai; Kedua, untuk mengantisipasi era globalisasi, dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan SDM yang kompeten agar mampu bersaing dalam pasar kerja global; Ketiga, sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, sistem pendidikan nasional dituntut untuk melakukan perubahan dan penyesuaian sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang demokratis, memperhatikan keberagaman, serta mendorong partisipasi masyarakat.
Berdasarkan permasalahan dan tantangannya tersebut, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) seolah terus merintis berbagai upaya pembaharuan pendidikan nasional, diantaranya dengan melahirkan berbagai kebijakan baru sektor pendidikan. Kebijakan-kebijakan tersebut sepertinya akan memberikan pijakan untuk membangun pendidikan nasional dengan menerapkan berbagai prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Penerapan semua kebijakan ini diharapkan akan dapat mendukung segala upaya untuk memecahkan masalah pendidikan, yang pada gilirannya akan dapat memberikan sumbangan yang signifikan terhadap masalah-masalah makro bangsa Indonesia.
Pendidikan memang bukan merupakan suatu bidang kehidupan yang terpisah dari bidang-bidang kehidupan lainnya. Pendidikan sering dianggap sebagai faktor terpengaruh dari masalah-masalah terjadi dalam lingkungan strategis sehingga pendidikan sering menerima akibat buruk dari perubahan tersebut. Kebijakan pendidikan yang akan ditetapkan setidak-tidaknya harus mampu mengantisipasi berbagai tantangan dan permasalahan yang terjadi dalam lingkungan strategis, bahkan pendidikan harus mampu menjadikan dirinya sebagai faktor yang dapat menggerakan atau mengarahkan perubahan dalam lingkungan tersebut.
Oleh karenanya, kebijakan pendidikan diarahkan pada perwujudan sistem pendidikan yang bermutu dan dapat dijangkau oleh semua anggota masyarakat agar semua warga negara memperoleh kesempatan yang sama untuk menikmati hasil-hasil pendidikan. Dengan demikian, prinsip keadilan dalam pendidikan merupakan hal yang sangat penting, karena berkaitan dengan pemerataan, keterjangkauan, bahkan mutunya. Oleh sebab itu, keadilan dalam pendidikan menjadi konsep paling mendasar dari kebijakan pendidikan di tanah air. Persoalannya adalah, apakah yang menjadi harapan kita akan dunia pendidikan di Indonesia itu telah benar-benar mewujud pada masa pemerintahan SBY-MJK sekarang ini?
Di pojok timur laut pulau jawa bertengger sebuah pulau sempit memanjang yang secara sepintas berbentuk seperti belati. Pulau itu terbilang kecil, panjangnya hanya sekitar 160 km dan bagian terlebarnya mencapai 40 km. Dari daratan jawa pulau itu dipisahkan oleh sebuah selat dangkal kira-kira 4 km lebarnya di sebelah barat yang semakin melebar di bagian selatannya hingga menjadi sekitar 55 km. Secara teritorial Pulau Madura masih taermasuk dalam wilayah Propinsi Jawa Timur. Yang terbagi menjadi 4 kabupaten yakni, Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Jumlah penduduk Pulau Madura sampai tahuan 2004 terbilang 3.536.362 jiwa, sekitar 9,67% dari jumlah penduduk Provinsi Jawa Timur 36.548.648 , yang tarbagi atas: Bangkalan 892.987 jiwa, Sampang 847.361 jiwa, Pamekasan 750.295 jiwa, dan Sumenep 1.045.719 jiwa.
Dari pribahasa Madura “ Buppa, Babbu’, Guruh, Ratoh” terkandung makna: Bapak dan Ibu sebagai figure kecil dalam lingkup keluarga dan berada di posisi utama yang sangat dihormati bagi individu (manusia) Madura. Sedangkan dalam konteks sosial, figur utama sebagai panutan yang sangat dihormati adalah Kyai. Bagi orang Madura Kyai adalah guru yang mendidik dan mengajarkan pengetahuan agama yang memberikan tuntunan dan pedoman dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat. Setelah kiayi barulah Pemerntah, yakni Pejabat, Birokrasi Negara. Uraian Tersebut sedikit Memberikan gambaran terhadap bagaimana wajah dari pendidikan di Madura:
Dalam lingkungan masyarakat yang agamis (Islam), wajah pendidikan di Madura lebih banyak didominasi oleh peran serta para kyai dengan pesantren yang dibawahinya, pendidikan formal menjadi alternatif setelah pesantren. Realisasi pembangunan jembatan Suramaadu pun tidak lepas dari adanya campur tangan para Kyai. Yang akan jadi pertanyaan dan tetap menarik untuk kita diskusikan adalah bagaimana wajah pendidikan Madura dalam konteks karakteristik sosial dan budaya masyarakat Madura dan tuntutan peningkatan kuailitas sumberdaya manusia sebagai konsekuensi dari terrealisasinya Jembatan Suramadu yang notabene akan membawa iklim industrialisasi ke pulau Madura…?
Mulanya hanyalah niat dan keinginan, namun bukan berarti tanpa langkah dan kesungguhan. Kabinet Mahasiswa Universitas Trunojoyo, dan saat ini dilanjutkan oleh Himpunan mahasiswa jurusan sosiologi universitas Trunojoyo dalam perjalanannya membangun atmosfer intelektual, pada akhirnya dengan kesungguhan hati, memantapkan niat dan keinginan tersebut untuk merealisasikan Program Penulisan Buku sebagai salah satu bentuk kepedulian kita akan pembangunan madura di masa mendatang.
Program Penulisan Buku ini sendiri pada awalnya digagas oleh Kabinet Mahasiswa dan saat ini dilanjutkan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Sosiologi Universitas Trunojoyo sebagai sebuah misi yaitu membangun atmosfer intelektual di bumi Universitas Trunojoyo dan Madura pada umumnya, dimana Penulisan Buku ini sebagai jendela terdekat bagi para mahasiswa untuk mengetahui dimensi-dimensi baru dari tekhnologi dan peradaban masyarakat dunia. Juga atas realisasi ini membawa peluang dan potensi yang cukup besar dalam upaya meningkatkan kualitas generasi muda sebagai generasi yang nantinya akan memegang tonggak estafet kepemimpinan bangsa Indonesia. Langkah ini memang awal, tapi kami berupaya membangun satu patok keyakinan bahwa sekecil apapun langkah itu, setidaknya kami berani berjalan selangkah untuk memulai.
bener ndak prinsip hidup orang madura itu “lebih baik mati daripada menanggung malu”?
iya, mungkin itu orang orang dulu,, madura saat ini sudah maju seiring kemajuan pendidikan dan teknologi.
bagaimana tingkat pendidikan masyarakat disini?